JALAN CINTA
Ada dua orang yang menjalin persahabatan sejak
menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai mereka menduduki SMA
masih selalu bersama-sama dan mereka satu sekolah ketika SMA. Dua orang itu
bernama Atifa dan Bagus.
Atifa
adalah anak dari keluarga yang sederhana, memiliki wajah yang cantik, memiliki
sifat periang, tidak mudah putus asa dan juga mudah bergaul. Sedangkan Bagus
berasal dari keluarga yang bias dibilang kaya, tetapi keluarga Bagus tidak
pernah memandang rendah orang yang kehidupannya bias – biasa saja. Bagus
memiliki wajah yang tampan dan juga menjadi idola cewek – cewek di sekolahnya.
Meskipun Bagus dari keluarga yang mapan, dia tidak pernah sombong dan selalu
ramah kepada semua orang. Tirta adalah sahabat Atifa dan Bagus sejak baru masuk
SMA, tetapi diam – diam Tirta menyimpan perasaan terhadap Atifa.
Suatu
ketika di sekolah, Tirta mengajak Bagus ke kantin dengan memberikan Bagus 2
mangkuk bakso. Tirta juga akan berbicara kepada Bagus tentang perasaannya ke
Atifa.
“Bro
aku mau jujur ke kamu tentang perasaanku ke Atifa nih”, kata Tirta.
“Emang
kamu punya perasaan apa ke Atifa?”, tanya Bagus.
“Gini
nih ……………”
Tirta pun menceritakan perasaannya
terhadap Atifa kepada Bagus. Mendengar itu Bagus pun mendukung kalau Tirta
menjalin hubungan dengan Atifa.
Sepulang
dari kantin Tirta dan Bagus bertemu dengan Atifa di koridor sekolah dan pada
saat itu juga Tirta mulai menunjukkan perasaannya terhadap Atifa.
“Hai
Atifa”, sapa Tirta sambil melempar senyuman ke Atifa.
“Hai
juga, kalian dari mana sih daritadi aku cariin tidak ada?”, Tanya Atifa.
“Kami
baru aja dari kantin, biasa lah ngisi perut hehehe”, jawab Bagus sambil
tertawa.
Mendengar jawaban dari Bagus tersebut
Atifa dan Tirta menjadi tertawa.
Setelah
beberapa bulan Atifa dan Tirta menjadi semakin dekat teryata hubungan mereka
bukan hanya sekedar sahabat, tapi mereka telah menjalin hubungan sebagai
sepasang kekasih. Mendengar hal tersebut Bagus juga ikut bahagia. Setelah
menjalin hubungan Atifa dan Tirta sudah jarang main lagi bersama dengan Bagus.
Teryata
saat itu juga Bagus selalu memperhatikan Atifa dan Tirta. Bagus merasakan
perasaan yang berbeda kepada Atifa, bukan lagi perasaan sebagai seorang sahabat
dan adik tapi perasaan yang lain.
“Kenapa
ya kalau aku melihat Atifa dan Tirta jalan berdua aku merasakan kalau hatiku
ini sakit. harusnya kan aku bahagia karena melihat kedua sahabatku menjadi
sepasang kekasih. Sebenarnya ini perasaan apa?”, Tanya Bagus dalam hati.
Tapi perasaan itu tidak terlalu
dipikirkan oleh Bagus karena dia masih tidak yakin dengan perasaannya dan Bagus
masih menganggap Atifa sebagai seorang adik. Tapi lambat laun perasaan Bagus
itu semakin kuat dan dia menyadari kalau dia suka sama Atifa yang tidak lain
adalah sahabatnya. Semenjak itu Bagus berusaha untuk menghilangkan perasaannya
kepada Atifa karena Bagus tahu kalau dia mengungkapkan perasaannya ke Atifa,
persahabatn mereka akan hancur. Untuk menghilangkan perasaannya Bagus selalu
menghindar dari Atifa dan Tira.
Suatu
hari Atifa merasa kalau Bagus selalu menghindar bila bertemu dengan dia. Atifa
juga merasa kalau Bagus menjauhi dia dan Tirta, karena penasaran atas sikap
Bagus lalu Atifa bertanya kepada Bagus.
“Hai Bagus”, sapa Atifa.
“Hai juga, oh ya aku pergi dulu ya”, kata Bagus sambil
beranjak dari tempat duduknya.
“Bagus”, panggil
Atifa sambil memegang tangan Bagus.
“Apa??”, tanya Bagus (menoleh ke Atifa).
“Belakangan ini kamu sibuk ya? Kok jarang banget
berkumpul sama aku dan Tirta?”, tanya
Atifa.
“Masa sih perasaanmu saja kali, kalau tidak ada lagi yang
diomongin aku pergi dulu ya ada urusan”, kkata Bagus (menjauhi Atifa).
Setelah Bagus pergi Atifa masih
berdiam diri dan bertanya – tanya kenapa sikap Bagus berubah.
“Bagus kenapa ya sepertinya dia menjauhi aku. Apa aku
punya salah sama dia, tapi kenapa dia tidak ngomong langsung sama aku kalau aku
punya salah? Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu”, tanya Atifa dalam hati.
Dua Bulan Kemudian
Setelah Atifa menjalani hubungan dengan Tirta beberapa
bulan yang lalu, Atifa mulai merasa adanya ketidakcocokkan diantara dia dan
Tirta. Selama itu juga Bagus masih selalu menghindar apabila dia bertemu dengan
Atifa. Semakin lama Atifa semakin
merasakan bahwa hubungannya dengan Tirta sudah tidak bisa dilanjutkan
lagi dan akhirnya Atifa memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Tirta.
Setelah putus dengan Tirta, Atifa menjalani kesendiriannya karena Bagus masih
berusaha menghindar dari Atifa.
Beberapa hari
kemudian kabar tentang putusnya hubungan antara Tirta dengan Atifa pun sampai di telinga Bagus. Bagus tidak menyangka bahwa kedua sahabatnya itu
putus. Bagus juga merasa bersalah sama
Atifa karena disaat Atifa membutuhkan seseorang yang bisa menjadi tempat
curhat, Bagus tidak ada disamping Atifa.
Disaat itu juga Atifa mencoba untuk menemui Bagus dan ingin menceritakan
semuanya. Atifa pun mendatangi tempat yang biasanya digunakan untuk bertemu
dengan Bagus dan teryata Bagus juga ada disitu karena Bagus ingin meminta maaf
kepada sahabatnya yaitu Atifa.
Atifa yang melihat Bagus sedang duduk langsung
menghampirinya.
“Hai Bagus”, sapa Atifa dan duduk disebelah Bagus.
“Hai juga. Atifa aku mau minta maaf sama kamu karena
selama ini aku tidak ada disamping kamu ketika kamu ada masalah”, kata Bagus
sambil menatap Atifa.
“Tidak apa – apa kok, aku sudah melupakan semuanya”,
pungkas Atifa sambil terseyum.
“Jadi kamu tidak marah sama aku dan kamu memaafkan aku?”,
tanya Bagus.
Atifa
hanya mengangguk dan terseyum.
“Makasih
ya..” kata Bagus.
Akhirnya mereka berdua baikan
dan Atifa menceritakan semua yang
terjadi antara dia dan Tirta. Mendengar hal itu Bagus menyuruh Atifa untuk
tetap berkomunikasi dengan Tirta karena bagaimanapun Tirta tetap menjadi
sahabat Bagus dan Atifa. Setelah menceritakan semua masalahnya ke Bagus, Atifa
pun menjadi lega.
Sejak Atifa dan Bagus baikan, kini mereka pun menjalani
semuanya seperti dulu. Mereka juga sering jalan berdua dan menghabiskan waktu
berdua. Karena hal itu, teman – teman mereka di sekolah menganggap bahwa Tirta
dan Bagus sudah jadian. Mendengar berita itu, Atifa dan Bagus hanya terseyum
dan mereka tidak memikirkan berita yang tidak benar itu. Tetapi tidak dengan
Tirta, dia merasa kalau selama ini Bagus telah menusuk dia dari belakang.
Sampai suatu hari Bagus merasakan bahwa perasaan suka
pada Atifa sejak dulu semakin besar, begitu juga dengan Atifa. Atifa merasa
nyaman dan selalu bahagia apabila dia ada didekat Bagus. Tetapi sampai sekarang
Bagus masih tidak mau untuk mengungkapkan perasaannya ke Atifa. Bagus takut
kalau dia mengungkapkan persaannya ke Atifa persahabatannya akan berakhir.
Bagus juga berusaha untuk menghilangkan perasaan tersebut, akan tetapi semakin
Bagus berusaha untuk menghilangkannya perasaan itu semakin besar dan akhirnya
Bagus memutuskan untk mengungkapkan perasaanya ke Atifa.
“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku bicara sama Atifa
aja ya kalau ake suka sama dia. Tapi, gimana kalau Atifa tidak suka sama aku.
Bisa – bisa persahabatan aku dan Atifa akan berakhir. Tidak aku tidak mau
persahabatan kita berakhir. Tapi aku sudah tidak bisa menyembunyikan perasaan
aku lagi?? Ya sudah besok aku akan jujur sama Atif tentang perasaanku”, kata
Bagus (dalam hati).
Keesokan harinya Bagus ingin mengungkapkan perasaanya,
tapi Bagus masih ragu akan hal itu. Bagus masih memikirkan tentang
persahababatannya dengan Atifa. Setelah Bagus memikirkan semuanya, akhirnya
Bagus berani untuk jujur kepada Atifa dan tentang jawaban yang diberikan Atifa
nanti Bagus akan menerimanya dan mereka tetap bershabat.
Bagus mengajak Atifa ke tempat biasa saat pulang sekolah,
Bagus bilang ke Atifa kalau dia mau bicara sesuatu yang penting. Atifa pun mau
karena Atifa juga penasaran apa yang akan dikatakan Bagus. Sepulang sekolah
Bagus langsung menuju ke tempat biasa begitu juga dengan Atifa. Bagus yang sudah
sampai duluan terlihat sangat grogi dan ketika Atifa sudah sampai Bagus
berusaha untuk menutupi kegrogiannya itu. Suasana disana sunyi sepi karena
Atifa dan Bagus masih diam. Dan akhirnya...
“Bagus kamu mau bicara apa sih, dari tadi kok diam???”,
tanya Atifa memulai pembicaraan.
“Em..em... aku...a..ku mau bilang..”, kata Bagus
“Kamu mau bilang apa sih kok kamu gugup banget”, tanya
Atifa.
“Aku
mau bilang kalau aku sa..yang sama kamu”, jawab Bagus gugup.
“Oh, kamu mau bilang kalau kamu sayang sama aku. Bukannya
dari dulu kamu sama aku saling sayang ya. Kan kita sahabat”, kata Atifa smabil
tersenyum.
“Maksud aku bukan sayang sebagai sahabat Atifa”, kata
Bagus.
“Lalu maksud kamu apa??”, tanya Atifa tidak mengerti.
Bagus
menarik nafas dan menggenggam tangan Atifa.
“Atifa aku mau jujur sama kamu kalau selama ini aku suka
sama kamu, aku cinta sama kamu. Aku tidak tahu mulai kapan aku merasakan
perasaan ini dan aku juga sudah berusaha menghilangkan perasaan ini, akan
tetapi semuanya sia-sia perasaan ini makin bertambah besar”, papar Bagus
“Apakah
kamu mau menjadi pacar aku???”,tanya Bagus lagi.
Atifa kaget mendengar perkataan
Bagus dan dia bingung mau menjawab apa. Atifa sebenarnya juga punya perasaan
yang sama seperti Bagus. Suasana pun menjadi hening seketika.
“Gimana Atifa apa kamu mau jadi pacar aku??”, tanya
Bagus.
“Hmmmm... kamu tidak bercanda kan??”, tanya Atifa.
“Aku tidak bercanda Atifa aku serius. Kalau kamu tidak
mau juga tidak apa – apa, tapi aku mau kita tetap sahabatan”, kata Bagus.
“Em ok kita tetap bersahabat...”, kata Atifa.
Mendengar perkataan Atifa itu
pun Bagus kecewa dan melepaskan tangannya dari tangan Atifa.
“Ya sudah sekarang aku mau pulang dulu”, kata Bagus.
“Kok pulang???”, tanya Atifa.
“Ya ngapain lagi aku disini kamu kan sudah bilang kalau
kita tetap bersahabat”, kata Bagus.
“Iya memang aku bilang begitu, tapi maksud aku itu..”
“Sudahlah Atifa aku sudah ngerti kok apa maksud kamu.
Kamu nolak aku kan”, kata bagus memotong perkataan Atifa.
Mendengar itu Atifa terseyum dan
dia memegang tangan Bagus.
“Bagus maksud aku itu bukan itu, tapi maksud aku itu aku mau jadi pacar kamu dan kita tetap
bersahabat”, kata Atifa sambil terseyum.
Bagus tidak percaya dan dia
menoleh ke Atifa yang sedang terseyum kepadanya.
“Beneran kamu mau jadi pacar aku??”,tanya Bagus.
Atifa hanya mengangguk. Bagus
pun tersenyum dan langsung memeluk Atifa. Setelah itu mereka pulang dengan hati
yang senang.
Semenjak
Atifa dan Bagus jadian hari – hari mereka dilalui dengan indah. Tirta pun
akhirnya sadar kalau Atifa bukan jodoh dia, Tirta juga mendukung hubungan Bagus
dan Atifa. Atifa dan Bagus senang karena mereka tidak ada masalah lagi, dan
mereka hidup bahagia.
SELESAI